Monday, 5 August 2013

Ramadan Yang Kandas .





Hari ke 29 Ramadan . Sidek Jamlus atau lebih mesra dengan nama timangan Sid berasa sungguh malas untuk berpuasa . Dia bukannya tidak mempunyai penghayatan sebagai seorang muslim untuk berpuasa , tapi dia memang kurang dibasuh dengan didikan agama . Mungkin imannya perlu disental sampai bersinar . baru dia tahu erti sebenar Ramadan . Lagipun tipikal kaum Malaysia kebanyakkannya lebih sinonim dengan hedoinisme semata dan bukannya perihal agama . Tidak langsung , agama dipandang enteng sesama sekali . Begitulah sebatinya adat itu dengan Sid . Nama yang poyo kan ?

Pagi itu Sid meluru ke kedai Pak Toncet dan membeli sebiji snickers . Dia chocoholic yang tak kena pada tempat . Yela , pagi itu orang masih berpuasa dan dia dengan selamba membeli cekelat . Pasti akan ada yang berprasangka buruk kan ? tapi tak mengapa bagi Sid kerana dia seorang yang selamba . Pak Toncet hanya mampu memandang serong kepada Sid . Ayah siak kampung , emak kerja cikgu tapi anak macam hantu . Realiti hidup zaman milenium ini memang sukar dijangka kan ? umpat Pak Toncet bersama Wahab . Wahab hanya mampu mengangguk saja sambil berdialog dalam hati , dia tu sibuk mengata orang tapi tak sedar dia mengumpat dalam bulan Ramadon , aisehh . Terselit pengajaran disitu .

Sid berlalu pergi dari kedai Pak Toncet dan mencari spot yang sesuai untuk menghadam snickers tersebut . Sedang dia mengupas plastik cekelat itu dia terdengar satu suara menegurnya . 

" Sila jangan makan , berdosa Sid " Sid mencari punca suara tersebut tapi tidak dia ketemu . Yang ada hanya seekor kucing hitam yang sedang menenungnya .
 " Kau ke yang cakap dengan aku wahai kucing jalanan ? " Sid menyapa kucing itu sambil tangannya masih lagi mengupas plastik cekelat  . 
" haah , sila jangan makan , berdosa Sid " kucing hitam itu menegurnya sekali lagi . 
" Sila jangan makan ? apa yang kau cakap ni ? grammar berterabur  " Sid mencebik , dia agak terkejut dapat berdialog dengan haiwan . Nyaris nyaris dia tercirit dalam seluar . Takut berbaur keliru .
 " Aku mana reti cakap melayu la bodoh , sikit sikit bolehlah . Aku kan binatang " Kata kucing itu sambil menguis tanah .
" Ohh , kau ni siapa ? kenapa kau boleh bersuara ? " Sid sedikit pelik , dia mahukan kepastian . Mungkin dia sedang berilusinati , siapa tahu .
" Aku Shimasake , panggil aku Sake . Aku kucing utusan yang comel " Kata Sake sambil mengusap misainya .
" Shimasake ? apasal poyo sangat nama kau ? Siapa yang utus kau haa ? " Sid masih lagi tertanya tanya .
" Nama kau lagi poyo tahu . Nama sebenar kau Sidek dan selepas diKayelkan kau digelar Sid kan , ye dak ? Puihh ! Dasar budak kampung tak sedar diri . Entahlah , aku lupa siapa yang utus aku " Sake berkata dalam nada kucing yang lantang . 
" Bodoh ! Kucing jalanan yang bodoh ! Dah lah , malas aku layan kau " kata Sid , dia terus menggigit snickers itu hingga ke cebisan terakhir . Sake memandangnya ketat .
" Sid , kau memang degil . Kau akan menyesal nanti , percayalah " Kata Sake lalu beredar dari situ sambil mengiau nyaring .

Pagi itu , Sidek Jamlus atau lebih mesra dengan panggilan Sid termangu keseorangan . Apakah aku atau dunia ini yang dah gila ? Aduhai musibatnya . Getus hati kecilnya .
Lepas tu , Sid pergi ke kedai Pak Toncet untuk membeli sebiji snickers lagi . Ya , Sidek Jamlus adalah penggemar cekelat yang tegar .




bersambunggg...





.

No comments: